Jumat, 30 November 2012

PERSEROAN TERBATAS

PT. GARUDA SENTRA MEDIKA(Tbk)

1.      Latar belakang PT. Garuda Sentra Medika
Garuda Sentra Medika (GSM) adalah sebuah Unit Bisnis Strategis (SBU) dari PT.Garuda Indonesia (persero) yang memiliki fungsi utama melaksanakan pengelolaan fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk karyawan Garuda beserta keluarganya, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan. Selain itu, GSM juga mengelola layanan khusus bidang kesehatan penerbangan (aviation medicine) sebagai salah satu jasa pelayanan pendukung bisnis jasa penerbangan seperti : pemeliharaan kesehatan awak pesawat, evakuasi medic udara (medevac), pendampingan pasien yang dibawa dengan pesawat udara (medical escorting), kesehatan wisata (travel clinic), dan lain lain.
Pada awal didirikannya Garuda Indonesian Airways (GIA) pada tahun 1949, unit kesehatan perusahaan pada waktu itu hanyalah berupa poliklinik kecil di area Bandar Udara Kemayoran yang dibentuk bersamaan dengan berdirinya GIA, karena adanya peraturan internasional yang mengharuskan perusahaan penerbangan komersial memiliki fasilitas pelayanan kesehatan sendiri untuk karyawannya, terutama untuk menjaga dan memelihara kesehatan awak pesawatnya.
Di dalam struktur organisasi, pada mulanya Bagian Kesehatan adalah sebagai unit pendukung di Biro Kepegawaian. Kemudian kompetensinya semakin berkembang dan sejak tahun 1980 tugas dan tanggung jawab unit meningkat menjadi Biro Kesehatan, sejajar dengan Biro Kepegawaian, langsung bertanggung jawab kepada Direktur Administrasi dan Keuangan. Sejak tahun 1990 bertanggung jawab mengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perusahaan, dinamakan Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Di awal tahun 1996, seiring dengan perubahan pada struktur organisasi induk, maka organisasi kesehatan juga mengalami perubahan dan dinamakan sebagai Dinas Pelayanan Kesehatan Perusahaan (Corporate Health Services). Pertengahan tahun 1996, PT.Garuda Indonesia melakukan Kerjasama Operasi (KSO) dengan PT. Garuda Karya Mandiri (anak perusahaan Dana Pensiun Garuda) membangun gedung poliklinik baru di Kemayoran, di atas tanah milik Garuda, untuk menggantikan bangunan poliklinik lama yang sudah tidak memadai lagi untuk menampung kegiatan pelayanan kesehatan. Komposisi KSO pada waktu itu adalah Garuda Indonesia 51%, dengan penyertaan berupa tanah, dan Garuda Karya Mandiri 49% dengan penyertaan berupa gedung. Mulanya KSO direncanakan akan berlangsung untuk jangka waktu 20 tahun, tetapi pada bulan Mei 1999 KSO diakhiri, dan gedung dibeli oleh PT. Garuda Indonesia. Namun sebagian besar alat medik, furniture serta perangkat lunak dan perangkat keras Sistem Informasi Kesehatan masih disewa dari PT. GKM untuk jangka waktu 5 – 10 tahun sejak tahun 1998.
Sampai dengan pertengahan tahun 1998 Pusat Kesehatan masih dikelola sebagai cost center dan memberikan pelayanan kesehatan hanya untuk karyawan Garuda beserta keluarganya saja. Dengan adanya perubahan strategi dan policy manajemen, maka sejak bulan Juni tahun 1998 status pengelolaannya diubah menjadi Strategic Business Unit (SBU) dan diberi nama Garuda Sentra Medika. SBU. GSM diarahkan untuk berubah menjadi Anak Perusahaan berbentuk Perseroan (PT) yang tumbuh dan berkembang. Dengan ditetapkannya sebagai SBUGSM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada induknya dengan terutama menjaga agar biaya pengelolaan benefit kesehatan karyawan dan keluarga  PT.Garuda Indonesia tetap terkendali (efisien) dengan mutu pelayanan yang baik (efektif), sehingga produktifitas dan loyalitas karyawan tetap terpelihara. Selain itu, GSM diharapkan sanggup meningkatkan pendapatan dengan mengembangkan usaha pengelolaan benefit  kesehatan kelompok melalui pola Managed Care bagi karyawan  perusahaan dalam Garuda Group, pihak ketiga serta masyaraka tumum.
Peningkatan kompetensi pelayanan kesehatan diperoleh sejak Oktober 1998, dengan memiliki Ijin Penyelenggaraan Praktik Bersama Dokter Spesialis (PBDS) dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat, kemudian sejak 6 Agustus 1999 memperoleh pengakuan sebagai Travel Clinic yang dapat melakukan pelayanan kesehatan wisata. GSM juga telah menyelesaikan proses permohonan Ijin Operasional Penyelenggaraan Badan Pengelola Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Bapel-JPKM) dari Dirjen Binkesmas Depkes RI, untuk dapat mengelola benefit kesehatan perusahaan dengan pola Managed Care, sehingga dapat mengelola peserta dari perusahaan lain. Pada Tahun 2002, GSM memperoleh pengakuan sebagai unit usaha yang telah menjalankan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2000 dari badan sertifikasi internasional SAI Global (Australia), dan sampai saat ini dengan konsisten tetap terus dipertahankan. GSM juga telah memiliki izin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai sebuah Aviation Medical Center yang diakui oleh pemerintah untuk boleh melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi awak pesawat dan personil penerbangan lainnya.

2.Visi dan Misi
Visi (Vision)
Dalam 5 (lima) tahun kedepan menjadi pusat penyedia jasa layanan kesehatan terkemuka, sebagai pilihan utama di kalangan masyarakat penerbangan di Indonesia.
Misi (Mission)
1.      Membangun citra (image) sebagai penyedia layanan kesehatan profesional yang berstandar  internasional.

2.      Memberi nilai tambah bagi perusahaan dalam Garuda Group.
3.      Meningkatkan pendapatan usaha, memperoleh laba yang wajar dan memberikan deviden bagi pemegang saham, serta dapat tumbuh dan berkembang.
4.      Meningkatkan kesejahteraan, kompetensi dan profesionalisme SDM.

3. Tujuan (Objectives)
·         Mendukung bisnis PT. Garuda Indonesia (Persero) dengan menjadi Leader di bidang jasa pelayanan kesehatan penerbangan (Aviation Medical Services) dan mengembangkan usaha jasa pelayanan kesehatan yang “related to airline business”,
·         Menyelenggarakan usaha Managed Care dengan pelayanan bermutu dan mudah dijangkau (accessible) di kota-kota besar di Indonesia,
·         Mendukung program pembangunan nasional, khususnya pembangunan bidang kesehatan, dengan mengembangkan pelayanan kesehatan keluarga (Family Clinic) dengan Brand Name Garuda Sentra Medika,
·         Membina SDM yang professional dan menjunjung etika profesi,
·         Memberikan pelayanan yang mengacu pada standar internasional, sesuai Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000
·         Mengembangkan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan jasa pelayanan kesehatan untuk meningkatkan leverage dan daya saing usaha, serta memperoleh laba yang wajar, sebaga ikontribusi positif dalam Garuda Group.

4.      Kebijakan Mutu (Quality Policy)
Garuda Sentra Medika memastikan kepuasan pelanggan melalui peningkatan pelayanan kesehatan secara berkesinambungan guna terpenuhinya kebutuhan dan harapan pelanggan, melalui usaha-usaha :
·         Memahami kebutuhan dan menetapkan persyaratan pelanggan.
·         Mengelola dan melaksanakan pelayanan yang diberikan dengan baik untuk memastikan terpenuhinya persyaratan.
·         Memastikan tersedianya tenaga - tenaga terampil melalui penyelenggaraan pelatihan yang dibutuhkan.
·         Menjalankan seluruh kegiatan operasional sesuai dengan sistem manajemen mutu ISO 9001 versi 2000.
·         Memastikan penyempurnaan yang berkelanjutan.     


PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI


FAKTOR-FAKTOR PERUBAHAN ORGANISASI
Sebuah perubahan dan pengembangan dapatlah terjadi pada apapun dan siapapun tidak terkecuali dengan organisasi. Tidak banyak individu atau organisasi menyukai adanya perubahan, namun perubahan tidak dapat dihindari namun harus di hadapi.
Faktor perubahan dapat terjadi karena 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal
Adalah segala keseluruhan faktor yang ada di dalam organisasi dimana factor tersebut dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi.
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Contoh Faktor Internal :
a.       Perubahan kebijakan lingkungan.
b.      Perubahan tujuan organisasi.
c.       Perluasan wilayah operasi tujuan organisasi.
d.      Volume kegiatan yang semakin bertambah banyak.
e.       Sikap dan perilaku dari anggota organisasi.



Faktor Eksternal
Adalah segala keseluruhan faktor yang ada di luar organisasi yang dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi. Beberapa factor tersebut antara lain : Politik, Hukum , Kebudayaan, Teknologi, Sumber alam, Demografi dan sebagainya.
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan pemerintah.
Contoh faktor eksternal:
a.       Politik.
b.      Hukum.
c.       Kebudayaan.
d.      Teknologi.
e.       SDA.
f.       Demografi.
g.      Sosiologi.
CIRI-CIRI DAN METODE PENGEMBANGAN ORGANISASI
Tujuan utama Pengembangan Organisasi adalah untuk perbaikan fungsi organisasi itu sendiri. Peningkatan produktivitas dan keefektifan organisasi membawa implikasi terhadap kapabilitas organisasi dalam membuat keputusan berkualitas dengan melakukan perubahan terhadap struktur, kultur, tugas, teknologi dan sumber daya manusia. Pendekatan utama terhadap hal ini adalah mengembangkan budaya organisasi yang dapat memaksimalkan keterlibatan orang dalam pembuatan keputusan yang efektif dalam organisasi.
Suatu strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah  keyakinan, sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi dengan teknologi baru, pemasaran dan tantangan, dan tingkat yang memusingkan perubahan itu sendiri. Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional.
2. Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
3. Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
4. Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi.
6. Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.

METODE PENGEMBANGAN ORGANISASI
1. Sensitivity training, merupakan teknik yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
2. Team Building, adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
3. Survey feedback, dalam teknik sruvey feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
4. Transcational Analysis (TA), TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
5. Intergroup activities, fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
6. Proses Consultation, dalam Process consultation, konsultan mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan , gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan koreksi.
7. Grip, pendekatan grip pada pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
8. Third party peacemaking, dalam menerapkan teknik ini, konsultan berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.


PROSES PERUBAHAN
Yang dimaksud dengan proses perubahan adalah tata urutan atau langkah langkah dalam mewujudkan perubahan organisasi. Langkah tersebut terdiri dari :
a. Mengadakan Pengkajian : Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap organisasi apapun tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh daripada berbagai perubahan yang terjadi di luar organisasi. Perubahan yang terjadi di luar organisasi itu mencakup berbagai bidang, antara lain politik, ekonomi, teknologi, hukum, sosial budaya dan sebagainya. Perubahan tersebut mempunyai dampak terhadap organisasi, baik dampak yang bersifat negatif maupun positif. Dampak bersifat negatif apabila perubahan itu menjadi hambatan bagi kelancaran, perkembangan dan kemajuan organisasi. Dampak bersifat positif apabila perubahan itu dapat memperlancar kegiatan, perkembangan dan kemajuan organisasi atau dalam bentuk kesempatan-kesempatan baru yang tidak tersedia sebelumnya.
b. Mengadakan Identifikasi : Yang perlu diidentifikasi adalah dampak perubahan perubahan yang terjadi dalam organisasi. Setiap faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan organisasi harus diteliti secara cermat sehingga jelas permasalahannya dan dapat dipecahkan dengan tepat.
c. Menetapkan Perubahan : Sebelum langkah-langkah perubahan diambil, pimpinan organisasi harus yakin terlebih dahulu bahwa perubahan memang harus dilakukan, baik dalam rangka meningkatkan kemampuan organisasi maupun dalam rangka mempertahankan eksistensi serta pengembangan dan pertumbuhan organisasi selanjutnya.
Menentukan Strategi : Apabila pimpinan organisasi yakin bahwa perubahan benar-benar harus dilakukan maka pemimpin organisasi haru segera menyusun strategi untuk mewujudkannya.

d. Melakukan Evaluasi : Untuk mengetahui apakah hasil dari perubahan itu bersifat positif atau negatif, perlu dilakukan penilaian. Apabila hasil perubahan sesuai dengan harapan berarti berpengaruh postif terhadap organisasi, dan apabila sebaliknya berarti negatif.

KONFLIK ORGANISASI


Konflik adalah suatu proses antara dua orang atau lebih dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkannya atau membuatnya menjadi tidak berdaya. Konflik itu sendiri merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat maupun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggota atau antar kelompok masyarakat lainnya, konflik itu akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik yang dapat terkontrol akan menghasilkan integrasi yang baik, namun sebaliknya integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan suatu konflik. konflik organisasi menurut Robbins (1996) adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh terhadap pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pandangan ini dibagi menjadi 3 bagian menurut Robbin yaitu :
1.Pandangan tradisional.
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik ini suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan diantara orang-orang dan kegagalan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi para karyawan tersebut.

2.Pandangan kepada hubungan manusia.
Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai sesuatu peristiwa yang wajar terjadi didalam suatu kelompok atau organisasi. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena didalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi tersebut.

3.Pandangan interaksionis.
Pandangan ini menyatakan bahwa mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya suatu konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif dan tidak inovatif. Oleh karena itu, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat dan kreatif.

JENIS-JENIS KONFLIK
1. Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya. Bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.

2. Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, dimana hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan–perbedaan kepribadian.Konflik ini berasal dari adanya konflik antar peranan ( seperti antara manajer dan bawahan ).

3. Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma – norma kelompok.

4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok atau antar organisasi.

5. Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.

PENYEBAB TIMBULNYA KONFLIK
1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda      pula.
3. Perbedaan kepentingan individu atau kelompok.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
5. Perbedaan pola interaksi yang satu dengan yang lainnya.




STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
1. Introspeksi diri, kesadaran yang mendasar pada tiap-tiap manusia sangatlah menentukan akankah terjadi atau tidaknya sebuah konflik yang akan timbul. Introspeksi diri adalah tindakan yang bisa dibilang tindakan preventif yang harus dilakukan untuk paling tidak mencegah terjadinya sebuah konflik yang akan timbul.
2. Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat, evaluasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memanggil pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam sebuah konflik, cara musyawarah dirasa sangat cocok untuk mengevaluasi konflik yang sesuai dengan adata masyarakat Indonesia.
3. Identifikasi sumber konflik, dengan mengetahui sumber-sumber dari sebuah konflik dapat membantu penyelidikan penyelesaian konflik yang kebanyakan adalah konflik berkepanjangan.
Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik :
a. Berkompetisi
Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-lose solution) akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
b. Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi
tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah
menunda konflik yang terjadi. Situasi menang kalah terjadi lagi disini.
Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
c. Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri
agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga
sebagai self sacrifying behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa
kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.
d. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama –sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama.
Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang (win-win solution).
e. Berkolaborasi
Menciptakan situasi menang-menang dengan saling bekerja sama.
Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadai hal yang harus kita pertimbangkan.

About

Sample Text

Blogger templates

Pages - Menu